Sunday, July 23, 2017

Filosofi "Lagu Gundul Gundul Pacul"

Gundul Pacul
Sebuah lagu atau tembang Jawa mempunyai makna di balik syair syairnya. Subuah lagu bukan hanya sekedar liriknya saja yang inda namun bagi orang Jawa lagu juga harus mempunyai makna tertentu, bisa saja sebagai nasehat atau pun untuk menyampaikan pesan pesan khusus. Banyak lagu atau tembang tembang Jawa yang terkenal sampai saat ini dan mempunyai makna yang dalam, bahkan unsur doa dimasukan kedalamnya. Beberapa tembang Jawa yang populer sampai saat ini dan syarat akan makna : Kidung Wahyu Kolosebo, Ilir ilir, Gundul gundul pacul dan masih banyak yang lainnya. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menggalih filosofi dari lagu Gundul gundul pacul.

Gundul Gundul Pacul mempunyai lirik yang sederhana namum mempunyai filosofi yang sangat dalam. Berikut lirik lagu Gundul Gundul Pacul :

Gundul gundul pacul-cul, Gembelengan
 Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan

 Wakul ngglimpang
 Segane dadi sak latar...

Tembang Jawa ini diciptakan tahun 1400 an oleh Sunan Kalijaga Dan teman-temannya yang masih remaja Dan mempunyai arti
 Filosofis yg dalam Dan sangat mulia.

Gundul:
Adalah kepala plonthos  tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan,  kemuliaan seseorang.
Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala.
Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.

 Sedangkan pacul:
 Adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi  empat.

Pacul:
Adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.
Gundul pacul artinya:
Bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi  dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, Mengupayakan kesejahteraan bagi  rakyatnya.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa:
Kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal, yaitu: Bagaimana menggunakan Mata, hidung, telinga Dan mulutnya.

 1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
 2. Telinga digunakan untuk mendengar Nasehat.
 3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
 4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

 Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Gembelengan:
Gembelengan artinya: besar kepala, sombong Dan bermain-main dalam  menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah  rakyat. Tetapi dia malah:
 1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.
 2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara Manusia.
 3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.

Nyunggi wakul, gembelengan Nyunggi wakul artinya:
Membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa Ia  mengemban amanah penting membawa bakul  Dikepalanya.

Wakul adalah:
Simbol kesejahteraan rakyat.
Kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya  berada di bawah bakul milik rakyat. Kedudukannya di bawah bakul rakyat. Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul. Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya. Dan banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan kepala dengan sombong Dan bermain-main).

Akibatnya;
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Bakul terguling Dan nasinya tumpah ke mana-mana.

Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan Ada dimana-mana. Nasi yang  tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagalah tugasnya mengemban Amanah rakyat.

No comments:

Post a Comment

untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA