Pagi tadi ketika
bangun tidur dan tiba-tiba kepengen buang air besar, sambil BAB kepikiran akan
kotoran yang bernama tai atau fases. Mungkin bagi sebagian besar orang fases
merupakan benda yang menjijikan, kotor dan jorok. Dibalik kotornya tai, jarang
orang berfikir kegunaan atau manfaat tai/ Berbicara tentang tai yang dianggap
kotor, saya jadi teringat akan kata-kata pelatih pada saat saya pendididkan
dasar militer. Pada waktu itu sedang ada materi renang, kata salah satu pelatih
“masa kamu kalah sama taek (tai), taek saja bias mengapung masa kalian tidak”.
Setelah saya piker-pikir ada benarnya juga apa yang diucapkan oleh pelatih.
Selama ini kita menganggap diri kita paling benar, paling baik dan paling
segala-galanya, namun benarkah kita sudah lebih baik dari pada tai yang kita
anggap kotoran atau bahkan kita lebih buruk dari pada tai?
FALSAFAH “TAI”
BAgi saya tai bukan sekedar kotoran,
tai bagi saya merupakan symbol ke”IKLAS”an. Siapapun orangnya pasti akan
menghasilkan kotoran (tai). Apapun yang manusia makan, mau makan daging, mau
makan tempe, atau bahkan makan di restoran ternama dengan harga makanan yang
fantastis mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta perporsinya atau yang makan
di pinggir jalan dengan harga ribuan rupiah semuanya akan menjadi tai. Apa yang
anda makan dan berapun harganya, saya rasa tak seorangpun yang akan melihat
atau memprotes kok makan makanan yang mahal-mahal Cuma jadi tai . . . anda
iklas membuangnya tanpa peduli seperti apa wujud tai tersebut. Seharusnya pun
kita bersikap seperti itu ketika melakukan perbuatan baik tak perlu lagi
diingat-ingat apalagi sampai dipamer-pamerkan bahwa semua itu karena kita, dan
yang lebih parah lagi jika sampai menghitung-hitung perbuatan baik yang telah
dilakukan dengan berharap pahala. Tak perlu menghitung-hitung pahala atas amal
perbuatan yang telah dilakukan, cukup lakukan saja kebaikan setelah itu
lupakan, bila perlu jangan pernah merasa telah melakukan kebaikan … iklaslah. Toh
ada pahalanya atau pun tidak, semuanya tidak penting kalo iklas melakukannya.
“TAI” SEBAGAI
INDIKASI KESEHATAN
Fases atau tai dapat diajdikan
sebagai indikasi/ petunjuk seseorang sedang sehat ataupun sedang sakit. Fases
yang normal tidak terlalu lembek dan tidak terlalu keras mengindikasikan
seseorang dalam keadaan sehat, sebaliknya fases yang terlalu lembek atau
terlalu keras mengindikasikan bahwa seseorang sedang tidak sehat. Makanan yang
dimakan setelah berada dalam perut kemudian akan diserap dan sisanya akan
menjadi fases atau kotoran. Makanan yang sama bila dimakan oleh orang yang
berbeda bias jadi akan menghasilkan fases yang berbeda, karena hal tersebut bias
dipengaruhi faktor kesehatan seseorang. Bagitu
pun dengan agama sebagai “makanan” rohani akan mempunyai pengaruh yang berbeda
tergantung dari kesehatan rohaninya masing-masing. Namun seharusnya agama
sebagai makanan rohani bisa menjadikan jiwa lebih sehat, jiwa menjadi tenang
dan sejuk. Semakin tinggi pemahaman agamanya, semakin taat menjalankan perintah
agama seharusnya seseorang semakin lebih tenang, lebih sejuk dan lenih
bijaksana perbuatannya. Agama mengajarkan seseorang untuk saling mengasihi dan
menyayangi. Kalo seseorang yang katanya pemahaman agamanya tinggi namun gampang
marah, mudah tersinggung, jangan-jangan dia sedang sakit jiwanya. Orang yang
sedang sakit jiwanya biasanya sedikit-sedikit marah, sedikit sedikit
tersinggung. Bukan agamanya yang salah tapi jiwanya sedang sakit sehingga dia
menjadi orang yang serba “sedikit”. Mengambil kata-kata dari Gus Mus atau KH.
Mustofa Bisri “seorang ulama/ tokoh agama yang mudah marah mungkin waktu
belajar agama baru belajar tentang bab marah, jadi ayang ada dibenaknya hanya
marah dan marah”. Orang yang serba sedikit ini memang aneh dan terkadang
membinggungkan orang lain. Orang yang serba sedikit biasanya orang yang
wawasannya kurang, pergaulannya kurang, sosialnya kurang, bahkan dalam segi
materi pun merasa kurang, orang seperti itu memang mudah tersinggung walapun
terkadang kita membicarakan apa dan siapa namun dia yang tersinggung . . .
membingungkan.
SEMAKIN BANYAK BERSUJUD SEMAKIN MUDAH MARAH
Jaman sekarang tak perlu
heran banyak orang sering berSUJUD tetapi suka marah-marah. Makin sering SUJUD
makin mudah tersinggung, semakin banyak berSUJUD justru semakin gampang menDONGAKkan
kepalanya. Yaaaa . . . maklumi saja karena mereka belum mengetahui tehnik
mentrafer isi kepalanya yang penuh itu ke bumi tempat berpijak. Temani saja,
sebab dia hanyalah orang kesepian yang ingin cari “PERHATIAN” dan cari “UMAT
PENGIKUT” atas KEBINGUNAGN posisi diri. Mereka sedang BINGUNG ... orang bingung
itu gampamg lupa, lupa bahwa sujud itu LEMBAH MANAH menghargai manusia tak lain
untuk mengikis KESOMBONGAN diri sampai habis sampai kurang mencari lagi. Mungkin
mereka lupa ketika bersujud kepala di benamkan ke tanah dan pantatnya yang ke
atas, hal itu mengisyaratkan bahwa manusia tak boleh sombong. Sebab sebutir
debu kesombongan sudah menjadi penghalang utama seseorang masuk wilayah
kesadaran spiritnya. Ya ... spirit, wilayah dimana tak ada lagi amarah, hujat
menghujat, tantang menantang, tonjok menonjok, makan memakan dan bakar membakar
seperti gambaran neraka.
Menjadi BERMANFAAT
Sekresi yang manusia
hasilkan dalam bentuk kotoran sangatlah menjijikan, hampir semua orang tidak
ada yang menyukainya. Tapi mengapa kita mesti menghasilkan kotoran? Supaya
manusia menyadari bahwa hasil “kerakusannya” hanya kotoran. Sadar atau tidak
kalo berbicara “hakekat”, sesungguhnya manusia memakan kotorannya sendiri.
Boleh-boleh saja anda menyangkalnya, mari saya beritahu, kotoran yang manusia
hasilkan dimakan ikan, ayam, atau mungkin diserap tanaman sebagai pupuk. Ikan,
ayam yang makan kotoran dan tanaman yang menyerap pupuk dari kotoran itu
kemudian dagingnya dimakan, hasil dari tanaman baik berupa buah dan yang
lainnya juga manusia makan, dari mana nutrisi untuk tumbuh kembang hewan dan
tanaman tadi kalo bukan dari kotoran. Kalo kita sadari bahwa semuanya merupakan
perjalanan siklus atau proses, fases atau tai yang tadinya menjijikan setelah
melalui proses panjang akhirnya kita makan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup
kita. Tidak hanya energi yang berlaku hukum kekekalan, makanan pun berlaku
hukum kekekalan. Betapa bermanfaatnya benda bernama tai yang menjijikan.
Manusia sebagai mahluk sosial suatu keniscayaan untuk mengihndari keBHINEKAan,
saling tolong menolong degan orang lain menjadikan manusia bermanfaat bagi
sesama dan alam semesta. Kalo sebagai manusia tetapi tidak bisa diMANUSIAkan
dan meMANUSIAkan manusia bagaiman anda bisa bermanfaat? Apakah anda masih bisa
mengatakan bahwa anda lebih baik dari pada tai, kotorann yang anda keluarkan
kalo anda tidak lebih bermanfaat dari tai.
No comments:
Post a Comment
untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA