Pada awal abad ke-19 di Jawa, muncul sebuah karya sastra spektakuler, Serat Centhini. Nama resminya Suluk Tembangraras. Serat ini digubah pada sekitar 1815 oleh tiga orang pujangga istana Kraton Surakarta, yaitu Yasadipura II, Ranggasutrasna, dan R. Ng. Sastradipura (Haji Ahmad Ilhar) atas perintah K.G.P.A.A. Amengkunegara II, atau Sinuhun Paku Buwana V.
Kerja keempatnya menghasilkan karya setebal 4.000 halaman lebih yang terbagi atas 12 jilid. Pada jilid 12 atau jilid terahir memuat ajaran erotika yang dibalut dengan mistisisme Islam dan Jawa. Banyak pihak yang menganggap Serat Centhini adalah Kamasutra Jawa. Serat Centhini sendiri memang mirip dengan kamasutra, dalam kamasutra sendiri sebenarnya ada 7 bab dan hanya satu bab yang membahas berbagai macam gaya atau posisi bercinta. Kalau kita membaca sesuatu secara lengkap sebenarnya kamasutra sendiri tidak melulu hanya membahas tentang bersenggama/ ml namun banyak hal yang dibahas termasuk kesehatan seksual.
Dalam Centhini, seks tak diartikan hanya sebagai pertemuan dua alat kelamin manusia, tetapi dituliskan jika hanya cuma bersetubuh, nanti lama-lama bisa busuk. Seks dapat berarti puncak erotika. Dalam Serat Centhini beberapa kata yang artinya sama dengan erotika misalnya aji gineng, terangsang, nafsu berahi, cinta syahwati, asmaragama (seni bercinta), kasmaran, naluri seksual, pengumbaran nafsu, dan mabuk kepayang. Masyarakat Jawa telah mempunyai konsep dan kata mengenai erotika. Erotika tidak sepenuhnya datang dari Barat. Selaras dengan kamasutra artian seks bukan melulu sekedar berhubungan badan namun juga bagaimana cara berperilaku seks yang sehat dan berkualitas.
Mungkin anda lebih familier dengan Kamasutra bukan? Bagaimana dengan Serat Centhini? Mungkin beberapa dari anda ada yang belum mengenalnya. Dijelaskan melalui id.wikipedia.org, Serat Centhini adalah sebuah ensiklopedi kuno dari tanah Jawa yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan. Yang menarik dari kitab ini, ada satu bab yang membahas tentang panduan bercinta, tepatnya pada bab ke 12. Sunan Paku Buwana, sang penulis, membagi ajaran bercinta menjadi 6 langkah.
Berikut langkah-langkahnya:
1. Asmara Nala
Pada tahap awal, jika pasangan ingin melakukan hubungan seksual harus benar-benar di landasi cinta. Disini di ajarkan jika bercinta bukan hanya untuk menyalurkan hasrat, tapi menggabungkan dua hati yang saling mendamba.
2. Asmara Tura
Selain di landasi oleh rasa cinta, baiknya bercinta juga dilengkapi dengan rasa tertarik pada penampilan pasangannya. Jadi, kedua belah pihak akan sama-sama merasa nyaman.
3. Asmara Turida
Sebelum melakukan penetrasi, buatlah situasi yang romantis dengan sedikit candaan. Rangsanglah pasangan anda dengan desahan-desahan nakal di dekat telinga.
4. Asmara Dana.
Selagi bermesraan, coba ucapkan kata-kata manis dan romantis. Ini akan membuat anda dan si dia semakin panas.
5. Asmara Tantra
Bisa di katakan disinilah foreplay di lakukan. Kecuplah pasangan anda, entah itu di pipi, dahi, bibir atau tempat lain yang anda inginkan sebelum menuju puncak utama.
6. Asmaragama
Ini adalah puncak di mana penetrasi terjadi. Kedua organ seksual pasangan akan bertemu dan terjadilah orgasme yang hebat. Meskipun terlihat tradisional dan kuno, tapi tak ada salahnya mencoba. Dan, pantas saja jika Centhini juga di sebut sebagai Kamasutra Jawa.
Baik kamasutra maupun serat centhini kedua kitab ini bukan hanya membahas tentang erotisme, namun juga mengajarkan bagaimana berperilaku seks yang sehat, berkualitas dan aman. Yang menjadikan kitab semacam kamasutra dan serat centhini selalu dibalut dengan hal-hal mistis. Memang seharusnya dalam membaca buku mulai dari bab pertama sampai terahir namun kebanyakan membaca hanya poin-poin tertentu saja sehingga seperti kamsutra dan serat centhini lebih dikenal sebagai kitab/ buku tentang erotisme.
No comments:
Post a Comment
untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA