Thursday, February 4, 2010

EKSISTENSI KETIGA

 "Hidup adalah Perbuatan"

Merujuk pada psikologi eksistensialisme Ivan Illich, orang umumnya menilai ada 2 modus eksistensi, yaitu dengan menjadi (to be) atau memiliki (to have). Padahal dalam perspektif ajaran Islam sejak lahir ke dunia manusia sudah menjadi dan memiliki. Manusia mempunyai 2 kedudukan sekaligus yaitu hamba Allah SWT (Q.S. Adz Dzariyat 56) dan khalifatullah fil ardh (Q.S. Al Baqarah 30).

Setiap manusia yang lahir juga memiliki 2 potensi, baik dan buruk (Q.S. Asy Syam 8). Sehingga begitu lahir setiap manusia sesungguhnya sudah menjadi dan memiliki. Eksistensi manusia selanjutnya ditentukan dari apa yang kemudian dilakukannya. Karena itu sesungguhnya modus eksistensi yang tepat adalah eksistensi ketiga yaitu melakukan (to do), bukan menjadi atau memiliki.

Eksistensi seseorang ditentukan dari apa yang dilakukannya. Mungkin prinsip ini pula yang dulu mengilhami Ketua Umum DPP PAN Sutrisno Bachir membuat iklan "Hidup adalah Perbuatan".

Yang paling sering menggunakan pelatihan motivasi umumnya memang bagian pemasaran, sehingga tolok ukur kinerja seseorang pun diukur dengan sesuatu yang kongkret dan sifatnya material. Sementara bagi umat Islam balasan atas setiap tindakan tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.

Sehingga selain hasil kongkret, ada hasil abstrak yang tidak seorang pun tahu dari hasil kinerja seorang muslim, termasuk yang bersangkutan sendiri. Bagi seorang muslim berdagang selain menghasilkan laba juga mendapatkan pahala bila dilakukan dengan jujur. Berbeda dengan yang mendasarkan perdagangannya pada prinsip materialism dan kapitalisme belaka.

"Mencari yang haram saja sulit, apalagi yang halal ?" 

Perbedaan latar belakang ini akan menghasilkan tindakan yang berbeda ketika menghadapi masalah. "Mencari yang haram saja sulit, apalagi yang halal ?" demikian ungkapan yang sering kita dengar dari para pelaku bisnis. Realitas inilah yang kemudian mendorong lahirnya tindakan menghalalkan segala cara dalam berbisnis.

Akan tetapi bagi pelaku bisnis muslim realitas tersebut justru mendorong untuk semakin tekun mengerjakan yang halal, karena realitas itu diubah menjadi prinsip, "Kalau mencari yang haram saja sulit, mengapa tidak mencari yang halal sekalian ?"

Karena itu pelatihan motivasi bagi seorang muslim mesti merujuk pada modus eksistensi ketiga, yaitu melakukan (to do). Bagaimana mendorong setiap muslim untuk bertindak mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, baik itu berasal dari menjadi (to be) maupun memiliki (to have). Pedagang muslim yang jujur tidak akan berkecil hati dengan laba yang lebih sedikit daripada pedagang yang tidak jujur.

Seorang muslim pun tidak akan berkecil hati ketika semua tindakannya menghasilkan reward yang lebih sedikit dibanding orang lain. Karena setiap muslim yakin selain di dunia, masih ada balasan yang lebih besar nanti di akhirat. Janji Allah SWT "Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Q.S. Al An'am 132).

No comments:

Post a Comment

untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA