Salah satu fundamental agama adalah keyakinan tentang keabadian jiwa yang disertai tawaran surg dan neraka. Aspek ini ada yang menyebutnya sebagai doktrin eskatologis dan salvation (keselamatan). Jiwa yang selamat akan masuk surga dan yang celaka akan masuk neraka hidup sengsara. Mengenai hakikat surga neraka, banyak ragam penafsiran. Namun yang umum diyakini adalah adanya keabadian jiwa dan balasan baik-buruk dari perbuatan selama hidup di dunia. Manurut Syech Siti Jenar surga dan neraka sudah dapat dirasakan sejak hidup di dunia ini, kalo begitu adanya maka surga dan neraka bukan suatu tempat namun suasana atau kondisi. Kenapa bisa begitu? Secara gapang dapat dipahami seperti ini, ketika seseorang melakukan perbuatan baik secara naluria pasti hatinya akan merasa bahagia, bukankah keadaan bahagia ini merupakan gambaran surga? Sebaliknya jika berbuat cela secara naluria pasti akan timbul ketakutan, yang pada akhirnya merasa tidak tenang, was-was, merasa terancam dan perasaan gelisah lainnya, bukankah hal ini merupakan kesengsaraan yang merupakan gambaran neraka?
Melihat deskripsi dan metafora tentang surga yang disajikan dalam Al Qurna memang sangat cocok dan memikat bagi masyarakat padang pasir yang mendambakan istana di atas padang luas yang hijau, dikelilingi aliran sungai dan taman buah yang subur. Hal ini dikarenakan karakter masyarakat padang pasir yang didominasi kaum laki-laki. Karena itu penggambaran di surga tersedia bidadari-bidadari yang cantik. Jadi apa yang lebih memukau selain istana yang megah dikelilingi taman yang hijau dengan bidadari yang siap menemani? Namun dalam berbagai pernyataan Al Quran, ketika berbicara tentang keindahan surga sering kali diawali dengan kata perumpamaan. Terdapat riwayat Rasulullah bahwa surga yang dijanjikan itu tidak mugkin bisa didiskripsikan, karena mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, bahkan belum pernah terbayangkan dalam pikiran (Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim). Setiap agama punya gambaran surga dan bagaimana cara untuk meraihnya. Keyakinan dan harapan masuk surga setelah meninggal dunia menjadi penekanan dan daya tarik yang sangat kuat agar seseorang menemukan jalan untuk masuk ke surga.
Cara atau jalan untuk masuk surga, setidaknya ada tiga jalan yang bisa ditempuh. 1. Dengan memperbanyak ritual keagamaan seperti menegakkan solat, puasa,, zakat, melaksanakan ibadah haji dan memperbanyak doa atau zikir. 2. Melakukan amal sosial sebanyak-banyaknya dengan meringankan beban hidup orang banyak. 3. Dengan menyebarkan ajaran agama agar orang lain masuk serta mengikuti jalan kebenaran dan keselamatan sebagaimana paham dan keyakinan agama yang dianutnya. Lebih dari itu, memerangi mereka yang menentang agama Allah. Cara yang terahir ini yang akhir-akhir ini sering dilakukan kelompok-kelompok tertentu, dunia Barat menyebutnya sebagai aliran garis keras, lebih sepesifik lagi sebagai teroris.
Pada kenyataannya pemahaman, penghayatan dan praktik beragama seseorang berbeda-beda. Ada yang senang melakukan ritual keagamaan tetapi lemah dalam ibadah sosial. Sebaliknya ada yang senang melakukan ibadah sosial dengan modal pikiran, tenaga dan hartanya tetapi malas melakukan ritual keagamaan. Lalu yang sekarang terjadi adalah menempuh jalan "jihad" untuk membela gama Allah dengan jalan kekerasan. Mereka yang tidak sepaham berarti tidak taat pada Allah. Mereka yang tidak taat ini harus diingatkan dengan jalan damai, jika tidak mau atau bahkan menghalang-halangi gerak mereka, layak dilawan dengan senjata. Paham jihad seperti ini bagi kelompoknya merupakan paham jihad dengan janji masuk surga kalau terbunuh. Tidak ada kata kalah dalam perjuangan mereka, kalau mati dalam perjuangan itu pun sebuah kemenangan. Surga yang indah dan bidadari telah menunggunya, lebih indah dari pada kehidupan dunia.
Mengapa orang tertarik bergabung ke dalam gerakan radikal dengan resiko mengorbankan kehidupan yang selama ini dijalani, bahkan mempertaruhkan nyawanya? Menurut Prof. Dr. Komarudin Hidayat, mereka yang merasa kalah menghadapi gelombang kapitalisme dan modernisasi sehingga mencari jalan lain yang terjangkau dan menawarkan jalan pintas pada kehidupan lain yang menjanjikan kebahagiaan yaitu surga. Dengan semangat dan keyakinan berperang menghadapi musuh Tuhan, bayangan surga sudah di depan mata. Kematian di jalan Tuhan merupakan pintu gerbang menuju surga. Sebuah tawaran cepat saji yang menggiurkan, hanya perlu modal keyakinan yang kuat dan bulat, serta nyali untuk memasuki zona pertempuran. Hidup atau pun mati keduanya merupakan kemenangan dan masuk surga. Namun benarkah ada jaminan yang tergabung dalam kelompok radikal keagamaan langsung masuk surgasebagai pahlawan pembela agama Tuhan? Tidak ada jawaban yang pasti yang bisa meyakinkan, karena kita belum pernah mati dan yang mati tidak pernah kembali untuk berbagi cerita. Kalo begitu kenapa mesti menempuh jalan kekerasan? Bukankah hidup di surga juga bisa diraih di dunia ini dengan hidup tentram, damai sehingga hidup dalam kebahagian.
No comments:
Post a Comment
untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA