Thursday, July 27, 2017

Mengenal Teknologi Kamuflase Termal

Kamuflase Vision (Cover)
Perkembangan teknologi militer terus mengalami kemajuan. Berbagai macam perangkat deteksi terus dilakukan riset, tidak ketinggalan pula deteksi yang termal atau suhu. Dengan deteksi termal alat deteksi modern saat ini dapat bekerja secara otomatis mendeteksi kendaraan tempur dengan membedakan suhu. Dengan adanya teknologi deteksi termal tersebut mau tidak mau kemudian berkembang riset untuk mengcounter teknologi termal tadi. Berbagai macam usaha terus dilakukan untuk melindungi kendaraan tempur dari deteksi termal. Dengan adanya kamuflase termal memungkinkan kendaraan tempur berupa tank dan lainnya dapat menyusup melewati deteksi termal yang sudah dipasang oleh musuh.

Kamuflase kendaraan tempur saat ini khususnya kendaraan lapis baja baru menggunakan kamuflase vision yang artinya kendaraan mengecoh musuh dari penglihatan saja, teknik kamuflase vision menggunakan 2 teknik yaitu teknik smoke dan teknik penambahan pelindung (cover). Kamuflase smoke dilakukan ranpur dengan cara membuat tabir asap sehingga ranpur tidak terlihat dan kemudian ranpur keluar dari smoke tanpa terlihat. Yang kedua teknik cover dengan cara menambahkan pelindung untuk mengubah ranpur mirip keadaan disekitarnya sehingga ranpur mempunyai warna dan bentuk yang mirip dengan benda yang ada disekitarnya. Teknik ini biasanya digunakan untuk misi pengintaian.
 
Kamuflase Vision (smoke/ asap)
Kamuflase Termal
Teknologi yang kian berkembang, deteksi terhadap kendaraan lapis baja yang tidak hanya menggandalkan vision saja namun sudah menggunakan deteksi termal memaksa ilmuwan menemukan cara untuk mengcounter deteksi termal. Dengan adanya deteksi termal mau tidak mau kendaraan lapis baja juga harus menggunakan kamuflase termal agar tidak terlihat dari pantauan deteksi termal. Deteksi termal berbeda dengan deteksi vision, jika pada deteksi vision cukup dikelabuhi atau ditutup pengelihatannya maka tidak demikian dengan deteksi termal. Deteksi termal tidak mengandalkan pengelihatan namun mendeteksi perbedaan suhu. Deteksi termal membandingkan suhu objek dengan suhu lingkungan, dari berbedaan suhu inilah akan terbaca keberadaan ranpur. Meskipun ranpur mampu menghindari deteksi vision namun tidak bisa menghindari deteksi termal.

Senada dengan hal tersebut TNI AL melalui Litbangal bekerja sama dengan mahasiswa dan dosen Teknik Elektro ITB merintis teknologi penyamaran untuk tank atau pengangkut infanteri. Kelak kendaraan itu seakan menghilang dari pantauan, atau berubah wujud seperti hewan atau kendaraan sipil. Kamuflase termal untuk kendaraan militer ini digarap Adrian Yopi Gazali, Claudius Andri, dan Gregorius Famalt, mahasiswa Teknik Elektro ITB 2010. Bentuknya semacam sisik berupa pelat tembaga berukuran 12,5 sentimeter sama sisi, setebal 0,4 milimeter. “Ukuran itu menyesuaikan satu pixel pada kamera pengintai termal,” kata Adrian. Sisik-sisik kamuflase itu menjadi pelapis luar kendaraan militer. Untuk pengangkut infanteri seperti Anoa buatan PT Pindad, kata Adrian, kurang-lebih diperlukan 1.200 sisik kamuflase. Pemasangannya perlu memakai kerangka tambahan pada kendaraan jadi. Di belakang tiap sisik itu, pelat tembaga disambungkan ke sejumlah komponen utama, seperti heatsink yang membuang panas, peltier sebagai pendingin atau pemanas, relay untuk mengubah pelat menjadi panas atau dingin, serta sensor termal untuk mendapatkan suhu di lingkungan sekitarnya.

Tiap sisik harus dipasang sepasang pada posisi berseberangan agar sanggup membaca temperatur lingkungan dengan optimal. “Jika berada di hutan atau semak, tank akan lenyap dari pantauan karena suhunya mengikuti kondisi sekitar,” ujarnya. Sisik kamuflase juga bisa diatur agar panasnya membentuk hewan atau kendaraan sipil untuk mengelabui musuh. Kamuflase itu untuk operasi malam hari yang pemantauan umumnya memakai kamera termal.
Menurut Andri, studi tugas akhir ini melanjutkan riset tahun lalu yang menjajal pelat dari bahan aluminium. Dari hasil uji coba mereka, pelat aluminium lebih lambat panas daripada tembaga sehingga lebih boros tenaga listriknya. Namun mereka juga belum puas, karena tembaga menjadi panas dalam waktu 38 detik, masih terhitung lambat dibanding komponen peltier yang bisa menghasilkan panas kurang dari lima detik. Konduktivitas termal peltier juga lebih baik, yakni berkisar -10 hingga 70 derajat celsius, adapun tembaga berkisar 15-30 derajat. “Bahan itu perlu dipelajari lagi jenis materialnya,” kata dia. Masalah terbesar dari teknologi ini yaitu daya listrik untuk pemakaian sisik kamuflase. Tiap sisik tembaga misalnya, butuh listrik hingga 60 watt. Mereka belum menemukan jalan keluarnya. Mudah mudahan hasil riset mahasiswa ITB ini segera menjadi kenyataan sehingga kendaraan tempur mampu menyusup melalui deteksi termal musuh.

No comments:

Post a Comment

untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA