Monday, April 17, 2017

Penjara Penjara Kehidupan

       Setiap orang menginginkan kebahagian dalam kehidupannya. Hidup yang memberikan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keamanan. Namun terkadang kenyataan tak seindah apa yang dibayangkan. Dunia banyak sekali menawarkan pintu sukses, pintu kebahagiaan, dan pintu pintu lain untuk menikmati keindahan hidup. Namun dibalik tawaran keindahan dunia selalu tersembunyi pintu pintu jebakan yang bisa mendatangkan sengsara dan nestapa. Suka duka, tawa tangis, untung rugi, jatuh bangun. Semuanya silih berganti dalam kehidupan ini sebagaimana pasangan siang dan malam, gelap dan terang. Di dalam kegelapan selalu tersimpan secercah cahaya yang mampu membawa ke jalan yang terang, begitupun di dalam terang dan kecerian hidup selalu tersembunyi "blind spot" titik hitam yang setiap saat menggerogoti kebahagiaan dan bisa menjerumuskan dalam kegelapan.

    "DI DALAM TERANG DAN KECERIAAN HIDUP, KITA MESTI HATI-HATI KARENA DISANA TERSIMPAN BLIND SPOT, TITIK HITAM YANG TIDAK TERLIHAT DAN BISA MENGGEROGOTI KEBAHAGIAAN. MESKI BEGITU, SAYA MEYAKINI BAHWA TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIA DALAM PANGGUNG SEMESTA BUKAN SEBAGAI HUKUMAN DAN PANGGUNG PENDERITAAN. HIDUP ADALAH ANUGRAH"

Hidup adalah anugrah, hidup ini mesti disyukuri dan dirayakan. Hidup adalah ladang bercocok tanam dan bertaman ria. Walapun begitu kita mesti waspada dan berhati-hati terhadap blind spot dan jebakan hidup yang tidak terlihat, ibarat ranjau yang tersembunyi di balik ruput dan pepohonan yang tampaknya indah menarik. Akan tetapi begitu kaki menginjak bisa menjerumuskan manusia ke lubang yang mematikan. Begitu keluar rumah kita dihadapkan pada peluang dan jebakan. Ranjau-ranjau dan jebakan kehidupan saya istilahkan dengan "penjara penjara kehidupan". Penjara penjara kehidupan, sifat dan wujudnya bukan fisik, untuk mengindentifikasi memerlukan pengamatan yang jeli, disamping ketajaman hati nurani. Hidup mesti selalu hati-hati, hati nurani harus senantiasa diasah agar peka.

Diantara "penjara penjara kehidupan" bisa saja muncul dari pemahaman dan sikap beragama yang salah. Awalnya agama selalu mengajak pada kebaikan dan kedamaian, namun jika ternyata paham beragama malah menjadi sumber dan pemicu konflik yang menyengsarakan, disitulah pemahaman agama telah menjadi "penjara". Terjadi situasi paradoks, agama mengajarkan kedamaian, kebaikan dan kebenaran, tetapi berita yang muncul dari berbagai dunia justru perang bersenjata yang dilatar belakangi oleh paham keagamaan terus terjadi. Bukan saja antar agama yang berbeda, namun yang satu agama pun konflik terus terjadi, adapun faktornya bermacam-macan, namun umumnya karena berbeda paham.

Begitu bangun tidur kita sudah dihadang oleh berbagai pilihan yang beragam melalui program televisi maupun iklan. Teknologi internet telah membuat kita bagaikan tahanan yang dikurung oleh banjir informasi yang bagaikan sampah beracun. Suguhan cerama keagamaan melalui berbagai media dengan topik dan pendekatan yang berbeda-beda. Belum lagi dalam hal memilih pasangan hidup, ada saja yang merasa salah pilih sehingga kebahagian yang di bayangkan sebelum pernikahan hanya berlangsung sesaat. Setiap orang membayangkan kebahagian dalam istana rumah tangga namun yang didapatkan justru siksaan dalam penjara.

Antara abad ke-5 sebelum dan sesudah Masehi, sejara mencatat lahirnya tokoh-tokoh pencerah dan peletak dasar agama serta landasan moral kehidupan yang masih bertahan dan dipertahankan sampai detik ini. Diantara tokoh-tokoh tersebut antara lain; Plato, Aristoteles, Buddha Gautama, Konghucu, Lau Tze, Musa, Isa, dan Muhammad, yang ajaran moralnya telah menginspirasi penduduk bumi, bahkan dijadikan rujukan dan sumber pencerahan hidup sekalipun ilmuwan modern telah menciptakan teknologi yang makin canggih dari waktu ke waktu. Prinsip-prinsip moral yang mereka wariskan senantiasa dipelajari, dijaga dan diwariskan sejak lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dunia usaha, pemerintahan, dan kehidupan sosial.

Kebenaran, kebaikan, dan keindahan bersifat abadi oleh sebab itu mesti terus dikemukakan mestkipun dengan bahasa dan konteks yang berbeda. Kemalasan, kebodohan, dan kesombongan merupakan penjara yang membuat seseorang tidak berkembang dan hidup merdeka. Disekitar kita begitu banyak pintu-pintu kesuksesan, namun disekitar kita juga begitu banyak pintu-pintu penjara yang setiap saat membelenggu kehidupan kita. Kita mesti hati-hati dalam melangkah, amati, waspada dan tentukan langkah agar kita terhindar dari penjara-penjara kehidupan. Jangan sampai kita ditelan dunia, tetapi dunia yang harus kita taklukkan dan kita telan.

2 comments:

untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA