Monday, September 27, 2010

Kisah Nabi Musa dan Pezina

     Seorang perempuan dengan wajah sedih mendatangi rumah Nabi Musa A.S. setelah mengetuk pintu, dia dipersilakan masuk. Namun saat masuk perempuan cantik itu terus menundukkan wajahnya. "Wahai Nabi Allah, tolonglah saya. Doakan saya agar Allah berkenan mengampuni dosa keji saya." Demikian wanita itu berkata sambil air matanya terus berderai.
    "Apakah dosamu wahai wanita?" tanya Nabi Musa A.S.
"Saya .... telah berzina." Nabi Musa tersentak kaget. Namun beliau terus mendengarkan cerita wanita tersebut.


"Dari perzinaan itu saya hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya cekik lehernya sampai mati." ucap wanita tersebut, kemudian menagis sejadi-jadinya.
     Dengan muka berang ia menghardik, "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"
     Perempuan itu kemudian pergi dengan hati hancur. Dia tak tahu harus kemana lagi mengadu bila seorang Nabi saja sudah menolaknya. Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahatnya perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa setelah itu, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.
     
     "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" kata Malaikat Jibril kepada Nabi Musa A.S.
      "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Nabi Musa A.S. bertanya ingin tahu. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?"
     "Ada!" jawab Malaikat Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Nabi Musa A.S. makin penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina."


    Mendengar penjelasan ini Nabi Musa A.S, kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap padanya. Ia menganggkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembayang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Allah, bahkan seolah-olah menganggap Allah tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
    Sedangkan orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Allah pasti mau menerima kedatangannya.




Sumber : Dari buku 30 kisah teladan KH Abdurrahman Arroisy

No comments:

Post a Comment

untuk koment silakan bebas yang penting tidak mengandung SARA